Saia dan Tertawa

Sepenggal kisah sufi Hoja Nasruddin, ada orang bertanya mengapa orang2 menertawakanmu? Begini kata Nasruddin, andaikan saia adalah sebuah penutup kepala. Kebiasaan orang2 sebenarnya adalah menertawakan sesuatu yang salah. Kalau seseorang menertawakan dirinya sendiri mereka akan merasa malu dan sedang ditelanjangi. Maka dari itu, saia saat ini berperan sebagai penutup kepala bagi mereka supaya mereka tdk merasa sedang ditelanjangi. Tapi Nasruddin, mereka masih terus tertawa! Jadi mereka merasa di telanjangi? Ssttt..., jawab Nasruddin tersenyum..mencermati kisah tersebut sebenarnya bagi sahabat yg tertawa sudah menawan dunia bersamanya, semua orang perlu seorang guru utk mengajari mereka bagaimana memahami diri mereka sendiri. Jika seseorang tdk dpt menertawakan dirinya sendiri supaya belajar mengenai hidup ini, maka dia biasanya menertawakan org lain dan belajar dgn cara spt itu juga. Hidup siapapun tampaknya kaya akan sebutan : seperti suka menertawakan diri sendiri, suka menghamburkan uang, kyai mbeling, buanyak teman wanitanya, bank dunianya temen2 kos2an, pamer kekayaan dan tak pernah berhenti menertawakan semua kejadian dan sebagainya. Sekali lagi kehidupan memang berwajah buanyak. Dan tak bisa di hindari kalau org memberikan komentar beragam. Keragaman komentar tdk saja mencerminkan berbagai wajah kita yg di lihat, tetapi juga mencerminkan kebersihan dan kejernihan pikiran 'Si Pemberi Komentar'. Dengan tetap menghormati & menghargai sahabat2 yg menyempatkan waktu dan tenaga utk berkomentar setiap org sebenarnya melewati rangkaian2 perjalanan. Sebutan jauh dekat terhadap hasil perjalanan memang relatif dan akan mengundang perdebatan kata2 yg tidak berujung..hehehe..Namun perbedaan jalur sekaligus jauhnya perjalanan membuat manusia sampai pada lapisan2 kejernihan yg berbeda, kiranya dengan lelucon kita bisa sejenak melupakan kesulitan hidup dan dgn humor pikiran kita jd lebih fresh dan sehat..dari tayangan kekocakan kehidupan sehari hari aidit faisol with love

Category: