Saia dan Diary yang Menggetarkan

Ahmand wahib,Soe Hok Gie,dan Anne Frank ketiga orang tersebut mempunyai kesamaan yang cukup sepele,namun "kesepelean" itu pernah menggemparkan. Ahmad Wahib dan Soe Hok Gie adalah 2 anak muda yg bakal dikenang dgn ketekunan menulis di Indonesia. Begitu juga anne frank.Yang mereka tulis pun nggak ada yg muluk2 yaitu hanya"catatan harian". Ahmad w hanya menulis pengalaman religius sehari hari mencari Tuhan,tentang kuliah,tentang masyarakat,dan organisasi.So hok gie tak jauh beda dgn ahmad w,selain ia menulis pengalaman berorganisasi,naik gunung,juga pengalaman berpacaran.Namun,mengapa catatan itu mampu mencengangkan dan bahkan catatan tsb dilarang MUI pd 1984! Bayangkan,hanya catatan harian. Lebih2 Anne frank yg catatan hariannya pernah dijadikan rujukan kesaksian kemanusia atas tragedi pembantaian orang2 Yahudi pd perang dunia ke 2. Anne frank punya prestasi hebat. Tak kepalang tanggung,dia satu2nya gadis kecil yg masuk senarai 100 Tokoh abad 20 versi majalah Times. Namanya berada satu shaf dgn profil macam Lenin,Stalin,Roosevelt hingga Gandhi. Padahal Anne bukan peneliti hebat macam Einstein,bkn pula pemimpin besar yg karismatik apalagi panglima perang pemberani. Namanya bertengger di senarai Times berkat aktivitas yg kerap sepele,menulis buka harian!. Dunia pustaka Indonesia pun tak ketinggalan. Sejumlah buku harian pernah diterbitkan. Yang paling masyhur tentu saja Pergolakan Pemikir Islam: Catatan harian Ahmad Wahib dan Catatan Harian Seorang Demonstran nya Soe Hok Gie. Ketika terbit pertama pada 1980,buku harian Wahib langsung menyulut kontroversi. Wahib di cap kafir. Beberapa organisasi islam menuntut buku itu ditarik dari peredaran. Tak tanggung2, MUI pun memberikan fatwa yg sama. Kita juga mengenal Catatan Harian Soe Hok Gie,seorang aktivis mahasiswa yg terlibat dan melibatkan diri dlm arus sejarah Indonesia pd dekade 1960 an yg penuh gejolak. Berbeda dgn buku harian Wahib yg bertolak dari renungan kamar yg hening,buku harian Hok Gie lebih sering bertolak dari aktivitas yg dilakukannya,baik sbg demonstran yg gigih,pemamah buku yg rakus,pendaki gunung yg fanatik,pemuda yg juga menyukai pesta dan hura2,maupun sbg keturunan tionghoa yg punya byk pengalaman diskriminatif. Membaca buku harian mereka yg disebutkan diatas demikian mengasyikkan. Bahasanya bernas,laporan kesaksiannya detail. Ada konflik misalnya dgn lawan politiknya,kekasih kekasihnya,keluarganya,teman2nya, dan dgn dirinya sendiri. Terkadang ada klimaksnya. Membaca catatan harian mereka tak ubahnya membaca sebuah novel sejarah. Buku harian yg saia sebut diatas adalah jenis buku harian yg tak melulu mengisahkan penderitaan dan kebahagian penulisnya. Buku harian tadi bisa mengguncang,menggetarkan dan punya byk faedah dibaca orang lain disebabkan penulisnya juga menyentuh sesuatu yg berada di luar dirinya: ihwal kemanusiaan dan segala yg tjd di sekelilingnya. Dgn cara itulah,sebuah buku harian kemudian memiliki aura "keberartian sosial". Tanpa aura itu,buku harian hanya berarti bagi penulisnya,keluarga,dan orang yg mengenal penulisnya. Ternyata, menulis catatan harian secara jujur dan terus menerus terbukti bukanlah pekerjaan sepele, apalagi sia sia,.dari ujung pena aidit faisol with love

Category: