Saia dan Guru Bambu
Bambu bisa menjadi guru. Sebagaimana kita tahu, guru bambu memiliki kekuatan yang amat mengagumkan. Jarang sekali terjadi ada sekelompok bambu mati dengan sendirinya tampa tangan tangan jahil manusia yang membakar misalnya. Di banyak tempat ia bisa tumbuh, akarnya dalam, mengagumkan tidak pernah sombong akan buah dan bunga, karena ia memang tidak bisa berbunga dan berbuah.
Ada hujan maupun tidak, ia tetap tumbuh. Di gunung yang kering atau di pantai yang basah, bambu tetap bisa tumbuh. Semua ini seolah sedang berbisik: hidup ini terlalu berguna untuk diisi dengan keluhan. Kadang kadang, di dalam sini ada yang iri pada kearifan bambu, tidak saja pada aspek hidup tampa keluhan tetapi juga pada prestasi prestasi yang berjalan terus dalam kehidupan. Apapun cuacanya, dimanapun tempatnya berpijak, ia senantiasa bertumbuh, bertumbuh dan hanya bertumbuh. Seolah faham akan asal dan akhir kehidupan, demikian guru bambu bertutur, berawal dari wilayah yang tidak diketahui, dan berakhir di wilayah yang tidak diketahui juga.
Kalau titik mulai dan titik akhir sama sama berada di wilayah yang tidak diketahui, kemudian apa gunanya keluhan??
Adalah hal yang lebih berguna selain menjalani seluruh pertumbuhan sebagai mana guru bambu ??
Bukankah ketika bertumbuh bersama kehidupan kita memiliki akar yang semakin dalam ??
Tidak ada yang mendengar kalau bambu bertemu hal hal gembira justru ketika jauh dari hiruk pikuknya kata kata manusia?
Masih banyak deretan pertanyan pertanyaan lain yang dianjukan guru bambu. Setidaknya, guru bambu seperti mengajarkan hidup yang jauh dari serakah. Serakah akan sehat diatas sakit, serakah akan pujian diatas makian, serakah akan kekayaan diatas kemiskinan. Serakah akan bayak paham, dan keserakahan keserakahan lainnya. Lalu, mengajak manusia untuk mengalir bersama kehidupan tampa keluhan.
Entah anda pernah pernah mendengar atau tidak, bagi siapa saja yang pernah duduk di bawah pohon bambu, kemudian membuka telinga akan suara suara sang sunyi. Disana ada yang bertutur. Apa yang ia tuturkan, sangat bergantung kepekaan telinga, dibalik telinga, mata di balik mata, hati di balik hati. Tidak banyak yang bisa dituturkan disini, terkecuali sebuah pelajaran : bambu rupanya juga seorang guru ! terlebih khusus ketika manusia sedang di bawah ketempat ekstrim sakit, sedih, duka, luka dan sejenisnya. Dan kemudian di bawah arus deras keserakahan yang hanya mengiginkan sehat, gembira dan suka cita. Adakah diantara anda yang pernah belajar dari guru bambu??? dari kontemplasi diri aidit faisol with love...
Category:
