Saia Dan Cerita Untuk Gonsa
Di kesempatan sore yang indah kami berkumpul dengan para sahabat sekantor yang penuh ceria, alih alih mendapat senyuman bahan renungan dari rutinitas kantor yang sudah membuat kami agak kesurupan hahahaha. Untuk sahabat saia yang masih mencari keberagamaan dalam kehidupannya, disini saia ingin berbagi sedikit cerita.
Menurut saia spiritualitas adalah kebutuhan yang mendasar. Ia adalah sebuah dahaga yang perlu di puaskan. Ia memberikan kepuasan yang luar biasa kepada pelaku spiritualitas tersebut, bukan kepada orang lain.
Dengan penjelasan tersebut saia ingin kembali pada poin saia sebelumnya bahwa kalau saja orang memahami agama sebagai sebuah kebutuhan bukannya sebagai sesuatu yang di paksakan dari luar, orang beragama adalah identik dengan orang baik.
Namun, ini terkait erat dengan sosialisasi. Menurut pendapat saia, sosialisasi agama memang sejak lama telah bermasalah. Sejak pertama kali mengenal agama, anak anak sudah disosialisasikan mengenai seperangkat peraturan. Beragama sering berarti memiliki berbagai “kegiatan tambahan” yang boleh jadi cukup membebani.
Disekolah agama juga diajarkan sebagai sebuah pengetahuan, bukannya sebuah pengalaman spiritual. Hal ini pernah terjadi pada anak sahabat saia dari Banjarmasin sebut saja alisa yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar. Pada bulan Ramadan 2 tahun yang lalu alisa untuk pertama kali dalam hidupnya mulai berpuasa. Dan ia berpuasa sebulan penuh! Padahal, hanya segelintir teman teman di kelasnya yang berpuasa. Itupun hanya di hari hari pertama. Di hari hari berikutnya hanya ia yang berjuang lbih keras lagi melawan godaan yang semakin besar. Tentunya dapat kita bayangkan apa yang dirasakan seorang anak berusia 6 tahun bila melihat teman temannya makan dan minum di depan matanya? Tapi Alhamdulillah alisa tidak tergoda..wow.
Hal yang menarik adalah dalam acara terima raport. Nilai agama alisa hanya 6,5. Nilai ini sedikit dibawah rata rata kelas. Artinya, ada banyak kawan alisa yang memperoleh nilai yang jauh diatasnya. Ironisnya, pada saat memberikan rapor wali kelasnya menekankan bahwa alisa perlu meningkatkan nilai pelajaran agamanya. Sungguh sayang, ia sama sekali tidak menyebut “keunggulan” Alisa yang mampu mempertahankan puasa sebulan penuh. Apakah ia tidak tahu? Tidak. Justru guru itulah yang beberapa kali memuji Alisa sebagai satu satunya anak yang berpuasa sebulan penuh.
Dengan pola pendidikan semacam itu bagaimana kita bisa berharap menemukan korelasi yang positif antara agama dan perilaku seseorang? ??? ehm,,,,,,,sampai saat inipun saia masih melihatnya pada beberapa teman disekeliling saia…Selama berpuluh puluh tahun agama diajarkan sebagai pengetahuan bukannya sebagai pengalaman. Padahal inti dari spiritualitas adalah pengalaman.
Analoginya adalah seperti ini. Katakanlah seorang anak belum pernah mecicipi gula seumur hidupnya, kemudian gurunya mengajarkan, “Gula itu manis”. Apakah anak itu benar benar bisa memahaminya?? Tentu saja tidak. Ironisnya, selama bertahun tahun si guru berusaha menjelaskan mengenai manisnya gula dengan berbagai macam cara.
Padahal untuk bisa memahaminya hanya ada satu cara yang dapat dilakukan: Mencicipinya! Dari pada berbicara panjang lebar, marilah kita rasakan sendiri seperti apakah gula itu. Ini adalah sebuah pengalaman yang tak dapat diceritakan.
Spiritualitas adalah masalah rasa
Ini tak dapat diceritakan dengan kalimat kalimat yang sangat indah sekalipun.
Spritualitas itu seperti Tuhan itu sendiri yang tak dapat dilukiskan sekalipun kita mengarahkan
segenap kemampuan kita,
Semua gambaran tentang Tuhan pasti salah.
Tuhan tak bisa diketahui, tapi bisa dirasakan!
Jadi mengapa agama tak berkaitan dengan perilaku manusia??
Karena agama hanya diajarkan dalam bentuk pengetahuan bukannya spiritualitas.
Padahal pengetahuan sering kali “ masuk telinga kanan, keluar telinga kiri”. Bukankah kita sering melupakan apa yang kita ketahui???
Ini berbeda dengan spiritualitas.
Spiritualitas berkaitan dengan kesadaran.
Dan begitu Kita sadar. Kita akan mengalami hal luar biasa dalam kehidupan kita.
Suatu Paradigma terbesar dalam hidup kita
Dari bilik perenung diri, setelah pulang dari kantor,,,,,aidit faisol yang sudah penuh cinta dan kasih,,,semoga bermanfat bagi semua..bagi segenap sahabat sahabat saia………salammmm
Category:
