Saia dan Bahasa Suka Cita
Kita manusia punya bahasa yang bisa meneruskan pengertian dari satu generasi ke generasi berikutnya. Punya pendidikan yg bisa membungkus pengertian itu agar mudah masuk ke dalam akal sehat. Punya etika dan sopan santun yang memagari semuanya dalam sebuah bingkai. Namun binatang? Punyakah mereka bahasa, pendidikan, etika dan bahkan sopan santun? Tidak ada yg bisa menjawab soal ini secara pasti. Namun di tengah belum terjawabnya pertanyaan tadi, mereka melakukan semuanya dgn bahasa2 suka cita. Sapi yg menyusui anaknya, adakah mereka mengenal bahasa berkorban? Burung yg mencari makanan dari tempat yg amat jauh utk anak2nya, adakah ia menyebut semua ini pengorbanan? Entahlah, binatang yg dalam bahasa manusia dikelompokkah ke dalam makhluk yang kurang beradab, melaksanakan semua kegiatannya dgn bahasa2 suka cita. Meminjam syair lagu bob marley yg berjudul three little birds, burung2 itu bangun di pagi hari sambil bernyanyi : don't worry about the things, every single thing would be alright. Ya sekali lagi, burung bernyanyi setiap pagi. Mereka tidak bekerja, tdk sekolah, tdk menabung..hehehe..yg dalam bahasa manusia disebut hidup seadanya saja, namun mengisi sang waktu dgn bahasa2 sukacita, sedikit sekali jenis binatang yg mengenal bahasa2 sedih, menangis, sakit dan sebagainya. Kejernihan tdk tertarik dgn asal muasal sebuah kata. Satu2nya yg membuat ia tertarik hanya melakukan semuanya dgn bahasa2 sukacita. Bukan hanya krn bahasa sukacita menghadirkan cahaya2 penerang, tetapi juga krn hanya suka citalah yg membuat semuanya berjalan mengalir tanpa paksaan. Ada yg menganggap bahwa aliran spt ini tdk mencipta, lupa bahwa semesta sbg pusat mesin penciptaan sebenarnya mencipta dgn gerakan2 mengalir. Coba lihat matahari sbg sumber cahaya, angin yg mjd sumber kehidupan manusia, ibu pertiwi yg mjd ibu siapa saja, awan yg bergerak perlahan di udara, semuanya tunduk pada hukum2 mengalir. Demikian juga dgn manusia2 yg punya daya cipta mengagumkan..adakah yg tertarik meniti jalan ini???
Category:
