KESEIMBANGAN
Gempa yang baru terjadi di Jepang menyisakan keperihan dan kesedihan.
Walaupun ada pelatihan mengantisipasi gempa, musibah tidak dapat
dihindari, secanggih apapun pemikiran manusia sehingga menciptakan
teknologi yang juga sebatas pada pemikiran manusia. Saat di darat, saya
punya pemikiran kalau terjadi apa-apa, bisa kita mengurangi resiko. Itu
hanya untuk membesarkan hati saya terhadap ketakutan. Ketika saya
menyeberang dengan menggunakan ferry dengan ombak yang begitu lumayan
dahsyatnya, sejenak ku berpikir dan menyelami, Inilah kebesaran Rabb.
Tidak hanya meniup angin dan menggerakkan air, namun juga membuat angin
dan air bergerak dengan lembutnya bahkan musisi yang terkenal " Kitaro"
ini mengambil ritme musiknya. Itulah "Keseimbangan". Keseimbangan antara
baik-buruk, senang-susah, keramaian-kesepian dan lainnya di dalam ritme
kehidupan. Sekilas saya mengambil cerita di atas ferry ketika
menyeberang.
Sebelum kapal beranjak dari dermaga, ritme di dalam
kapal tidak ubahnya seperti pasar dengan keramaian. Para penumpang
termasuk saya, berebut untuk mencari tempat duduk yang nyaman,
mengkavling, menaruh barang bawaan sehingga penumpang lain tidak bisa
duduk di sebelah saya. Pedagang asongan silih berganti untuk menawarkan
barang dagangannya. Saya hitung-hitung udah berapa kali saya ditawarkan
barang yang sama dengan pedagang yang sama pula. Saya mengatakan dengan
baik tanpa mengurangi rasa hormat pada pedagang asongan "maaf mas/pak,
saya udah bawa bekal".
Usaha keras dan menyakinkan ke konsumen,
para pedagang asongan tidak pernah putus asa, itu yang saya cermati.
Berdagang dengan limit waktu diatas kapal, mereka tidak sadar. Yang ada
dalam benak mereka, bagaimana laku dagangannya karena "para pasukan di
rumah" sudah menanti. Tiap hari mereka berdagang seperti itu, tidak
mengenal waktu, lelah, dan keputusasaan.
Kapal beranjak akan
meninggalkan dermaga, para pedagang asongan menuruni anak tangga dan
keluar dari kapal. Kapal mulai berjalan dengan diiringi ombak yang
sangat mengasyikkan.Disinilah mulai kesepian, hiruk pikuk lenyap berbeda
saat para penumpang yang berebut tempat dan pedagang asongan
menjajakan dagangannya.
Kesunyian diawali disini. Saya menikmati
alunan ombak, dengan tetap mengagumi kebesaran Rabb dan berdo'a supaya
tidak terjadi apa-apa, diberikan keselamatan diriku dan seluruh
penumpang. Pada siapa kita berserah, kalau tidak pada Illahi? Saya,
nakhoda, ABK dan seluruh penumpang hanya hamba yang kecil, yang tidak
bisa berbuat apa kalau musibah itu datang. Disinilah, saya, dan anda
akan mengagumi kebesaran Rabb. Pertanyaan saya timbul dengan sedikit
nakal "Bagaimana di saat keramaian, apakah saya, anda akan mengingat
kebesaran Rabb"
Saat keramaian, terkadang kita sedikit lupa dengan
segala nikmatNya. Saya sebagai manusia biasa juga terkadang lalai, dan
harus cepat mengingatkan diri kita sendiri dengan berucap "istighfar"
supaya kita tidak termasuk orang-orang yang dzalim, yang lupa akan
kenikmatan yang sudah diberikanNYA.
Disaat saya, anda berebut
mencari tempat yang nyaman, jangan melupakan bahwa ada orang juga
menbutuhkan kenyamanan yang sama. Di saat para pedagang asongan
menawarkan dagangannya, dengan seperti itulah dia mencari sebagian
rizki, dia berbuat seperti itu untuk menafkahi keluarganya.
Hidup
ini seimbang, itu yang harus saya, anda tanamkan. Disaat saya, anda
senang, jangan melupakanNYA, dan disaat kita menghadapi
kesepian/kesunyian, saya, anda jangan melupakanNYA.
Sedikit tulisan, semoga bermanfaat bagi saya, anda dan semua pembaca.
Category:
