Saia dan Sebuah Perenungan
Kesibukan dan rutinitas kerap menggerus manusia sampai kehabisan waktu untuk merenung dan memikirkan tindakan tindakannya. Kita sering sekedar menjadi manusia pekerja, terus bekerja tanpa henti, padahal menjadi manusia seutuhnya ialah menjadi manusia penuh sosial terhadap kehidupan dan lingkungannya.
Cerita punya cerita, Seorang eksekutif tengah berlibur disebuah desa. Suatu siang dia bertemu dengan seorang nelayan yang sedang asyik bermain dengan kedua anaknya. Ekskutif ini bertanya kenapa si nelayan tak bekerja lebih keras, padahal hidupnya masih kekurangan.
“katakan,apa yang dapat saia lakukan!” ujar nelayan.
“Belilah kapal yang lebih besar!” kata si ekskutif.
“Dengan demikian anda bisa menangkap ikan lebih banyak.”
Nelayan kembali bertanya”Dengan tangkapan lebih banyak, apa yang dapat saia lakukan?
“Jual ke kota, anda akan mendapatkan uang lebih banyak, “ lanjut si ekskutif.
“Lantas uang itu untuk apa ?” balas sang nelayan lagi.
“Dengan uang itu anda dapat membangun rumah yang bagus dan menyekolahkan anak anak sehingga menjadi pintar.”
“Lantas, kalau saia sudah punya semua itu, apa yang akan terjadi?” kejar si nelayan.
“Nah, dengan semua milik mu itu kamu akan punya waktu luang yang banyak dan akan merasa berbahagia.”
Mendengar hal itu si nelayan malah tertawa terbahak bahak,” lantas apa bedanya dengan saia yang sekarang?? Sekarang pun saia punya waktu luang banyak dan sudah sangat bahagia.!!!
Karena terlalu sibuk bekerja, kita tak sempat lagi merenung. Bagi orang modern, merenung merupakan kemewahan tersendiri. Jadi, meski sangat sempit, kita tetap harus sadar bahwa tanpa perenungan kita akan mudah salah jalan karena hidup kita berjalan secara otomatis. Kita seperti robot.
Sahabat sahabat yang beragama Advent juga punya tradisi bagus yaitu tidak bekerja pada hari Sabtu. Sabtu mereka gunakan untuk istirahat dan melakukan perenungan. Ini saia pikir juga perlu kita contoh. Yang pasti, dalam seminggu Kita seharusnya meluangkan waktu minimal satu hari untuk tidak melakukan pekerjaan apapun.
Terlepas dari apa saja anggapan beberapa orang, bahwa merenung itu malas dan mandek, tentu hal ini wajib juga untuk kita apresiasi. Tetapi bagi banyak jiwa yang telah sampai di tingkatan ini merenung dan melihat kedalam diri ternyata membuat kita semakin sadar sejauh mana kita melangkah, menikmati yang kita punya, bukan melihat yang diluar yang belum kita miliki. Dari perenungan mendalam…..saia aidit faisol with love,,,,sahabat mari kita merenung!!!!
Category:

